Oleh: Iwan Tanjung/Advokasi Rakyat Untuk Nusantara.
Crew8 News – Solok – Seratus hari pertama adalah momen awal yang biasanya digunakan pemimpin untuk menunjukkan keseriusannya menunaikan janji kampanye. Walaupun belum cukup untuk mengubah banyak hal, fase ini adalah barometer awal: apakah pemimpin bergerak ke arah yang benar, atau sekadar sibuk pencitraan.
Di Kabupaten Solok, saya melihat geliat awal yang patut diapresiasi. Bupati Jon Firman Pandu dan Wakil Bupati H. Candra datang dengan energi baru. Program-program seperti “Solok Bersih”, beras murah, serta perluasan sinyal ke daerah blank spot menunjukkan mereka ingin bekerja nyata. Mereka juga menghadirkan gagasan One Village One Product (OVOP)—yang jika dijalankan serius, bisa mengangkat ekonomi nagari.
Tentu saja ini kabar baik, khususnya di tengah skeptisisme publik terhadap janji-janji politik. Masyarakat Solok butuh bukti, bukan lagi kata-kata manis kampanye. Dalam hal ini, pemerintahan saat ini patut diberi kredit atas kemauan membuka lembar baru.
Namun, kita juga tidak bisa menutup mata terhadap berbagai kekurangan. Misalnya, dalam program “Solok Bersih”, pembentukan Satgas Sampah di tingkat nagari memang langkah awal. Tapi langkah ini akan stagnan bila tidak diikuti penyediaan Tempat Pembuangan Sementara (TPS), armada pengangkut, serta edukasi berkelanjutan pada warga. Jangan sampai program ini hanya ramai di awal tapi hilang arah setelah perhatian media reda.
Begitu juga program beras murah. Ini langkah yang membantu rakyat di tengah mahalnya bahan pokok. Tapi sejauh mana ketersediaan dan distribusinya terjamin secara merata? Hal ini harus jadi perhatian agar program tersebut tidak berubah menjadi populisme sesaat.
Saya percaya, niat baik pemerintah harus diiringi dengan pelaksanaan yang profesional dan transparan. Tantangan utama hari ini bukan sekadar ide, tapi eksekusi. Banyak kepala daerah punya visi bagus, tapi gagal di lapangan karena koordinasi lemah, anggaran tak memadai, atau semata terlalu sibuk urus citra.
Seratus hari adalah awal, bukan pencapaian akhir. Masyarakat berharap janji-janji yang telah diucapkan tidak berhenti pada peluncuran program dan konferensi pers. Justru di titik inilah kerja keras yang sesungguhnya dimulai. Pemerintah daerah perlu membuka ruang evaluasi publik, menerima kritik, dan menyempurnakan apa yang belum optimal.
Bupati dan Wakil Bupati Solok masih punya waktu, dan juga kesempatan, untuk membuktikan bahwa mereka pemimpin yang hadir untuk rakyat. Bukan hanya dalam baliho atau kamera, tapi dalam kebijakan nyata yang menyentuh kehidupan sehari-hari warga.
Jika konsistensi dijaga, arah yang sudah benar ini bisa membawa Solok lebih sejuk, damai, dan sejahtera. Namun jika kepuasan datang terlalu cepat, maka seratus hari ini hanya akan menjadi catatan manis yang tak berarti banyak.(IST)