Crew8 News-Jakarta – Partai Persatuan Pembangunan (PPP) resmi menetapkan susunan kepengurusan Dewan Pimpinan Pusat (DPP) masa bakti 2025–2030 setelah mendapat pengesahan dari Kementerian Hukum dan HAM pada 1 Oktober 2025. Dari sejumlah nama yang diumumkan, sosok Epyardi Asda mencuri perhatian. Politisi asal Sumatera Barat itu kini menempati kursi strategis sebagai Wakil Ketua Umum PPP.
Bagi PPP, kembalinya Epyardi adalah sebuah momentum besar. Ia bukan orang baru di partai berlambang Kabah itu. Justru, karier politiknya dibangun pertama kali di PPP. Dari partai inilah, Epyardi beberapa kali melenggang ke Senayan sebagai anggota DPR RI, memperkuat posisi PPP di panggung nasional.
Namun perjalanan politik Epyardi sempat berbelok. Ia pindah ke Partai Amanat Nasional (PAN), dan melalui partai tersebut ia berhasil memenangkan kontestasi Pilkada dan menjadi Bupati Solok periode 2021–2024. Meski begitu, kiprah Epyardi di PAN hanya berhenti pada jabatan kepala daerah, tanpa lagi meraih kursi legislatif di pusat sebagaimana masa jayanya di PPP.
Kini, setelah perjalanan panjang itu, Epyardi kembali pulang ke “rumah besar” PPP.
Penunjukan Epyardi sebagai Wakil Ketua Umum PPP menegaskan strategi partai untuk meramu kombinasi pengalaman nasional dan kekuatan elektoral daerah. Sebagai mantan legislator DPR RI beberapa periode, Epyardi punya pengalaman bernegosiasi dalam politik tingkat tinggi. Sementara sebagai Bupati Solok, ia punya basis massa kuat di daerah dan reputasi sebagai pemimpin yang dekat dengan masyarakat nagari, terutama kalangan petani.
Dalam struktur PPP 2025–2030, Epyardi akan berdampingan dengan dua wakil ketua umum lainnya, DRA. Ermalena MHS dan Rusli Effendi, di bawah kepemimpinan Ketua Umum H. Muhamad Mardiono. Kehadiran Epyardi diyakini memperkuat posisi PPP, khususnya di Sumatera Barat yang selama ini dikenal sebagai wilayah dengan kultur politik religius.
Kembalinya Epyardi Asda ke PPP bukan sekadar formalitas organisasi. Bagi dirinya, ini adalah “pulang kampung politik”. Ia kembali ke partai yang pernah membesarkannya dan mengantarkannya ke kursi DPR RI. Bedanya, kali ini ia pulang dengan bekal pengalaman sebagai kepala daerah.
Narasi “rumah besar PPP” pun kembali hidup. Kehadiran tokoh yang sempat “merantau” ke partai lain lalu pulang, diharapkan menjadi simbol konsolidasi kader lama untuk membangun PPP yang lebih kuat menghadapi Pemilu 2029.
“PPP ini adalah rumah saya, partai yang dulu membesarkan saya. Setelah pengalaman panjang, saya kembali untuk membesarkan PPP bersama-sama, demi umat, demi masyarakat,” ujar Epyardi dalam salah satu kesempatan.
Masuknya Epyardi ke jajaran pimpinan DPP PPP menimbulkan ekspektasi tinggi. PPP berharap energi politiknya yang keras, lugas, dan kerap kontroversial bisa menjadi penggerak mesin partai.
Bagi PPP, kembalinya Epyardi adalah pertaruhan. Jika berhasil mengolah pengaruhnya, PPP bisa bangkit sebagai kekuatan signifikan dalam peta politik 2029.
Yang jelas, perjalanan Epyardi Asda adalah kisah politik yang berputar: dari PPP ke Senayan, ke PAN sebagai Bupati Solok, lalu kini kembali ke PPP sebagai Wakil Ketua Umum. Sebuah siklus politik yang menegaskan bahwa “rumah besar” selalu punya jalan pulang bagi kadernya.
(C8N)
#senyuman08






