Crew8 News, Tanah Datar – Sabtu, 5 Juli 2025 – Sabtu pagi itu, cahaya matahari menari pelan di antara atap gonjong Istano Basa Pagaruyung, membasuh ornamen sejarah yang terpahat di kayu dan jiwa, tapi bukan hanya arsitektur yang menyambut para pengunjung pagi itu , melainkan denyut budaya yang kembali hidup, dimainkan oleh anak-anak negeri sendiri.
Dari pukul 10.00 WIB, kawasan istana yang menjadi ikon kebesaran Minangkabau dipenuhi suara talempong, derap kaki penari, dan tepuk tangan pengunjung, tari payung membuka suasana dengan kelembutan gerakan yang puitis.
Disusul Tari Piring yang energik, menggelegar dengan gemerincing piring dan semangat muda, lebih dari sekadar pertunjukan, para pemuda-pemudi memainkan musik tradisi secara langsung , menjadikan pengalaman itu terasa nyata, seperti pulang ke kampung halaman masa lalu.
Yang unik, budaya tak lagi sekadar ditonton, tapi dihidupi bersama, dalam sesi interaktif, para wisatawan diajak mencoba langsung gerakan Tari Payung dan silat Minangkabau, Anak-anak, orang tua, hingga pelancong dari luar daerah larut dalam euforia, tertawa, belajar, dan terkagum-kagum.
“Saya dan anak-anak ikut menari Tari Payung, ini pengalaman menyenangkan dan mengesankan!” ujar Reni Aprianti, wisatawan dari Padang.
“Dari Jakarta jauh-jauh ke sini, disambut pertunjukan budaya langsung seperti ini… luar biasa. Budaya Minang sangat hidup!” David Gunawan, wisatawan dari ibu kota.
Acara ini digagas oleh Purnama Academy berkolaborasi dengan Dinas Pariwisata, Pemuda dan Olahraga (Disparpora) Tanah Datar, sebagai bagian dari program rutin akhir pekan.
Visi mereka sederhana namun kuat, menjadikan budaya sebagai pengalaman nyata, bukan sekadar tontonan museum.
“Budaya Minang harus dirasakan, dihidupi, dan dibawa pulang dalam hati, kami ingin pengunjung menyatu dengan apa yang kami jaga,” ujar Rafi Aditya, SH, koordinator acara dari Purnama Academy.
Lebih dari sekadar hiburan, pertunjukan ini juga menampilkan kolaborasi antargenerasi.
Pemuda-pemudi lokal tampil percaya diri sebagai pelestari , bukan pewaris pasif, sebuah pergeseran paradigma di tengah kekhawatiran akan pudarnya budaya dalam arus modernitas.
Kepala Dinas PARPORA Tanah Datar, Riswandi, menegaskan pentingnya agenda ini dalam strategi promosi wisata daerah.
“Ini promosi budaya yang menyenangkan sekaligus menggerakkan ekonomi kreatif. Pelaku seni bangga, pengunjung puas, daerah diuntungkan, inisiatif seperti ini harus terus disemai.”
Kini, setiap akhir pekan di Istano Basa Pagaruyung tak hanya menyimpan ingatan sejarah, tetapi menulis cerita baru bersama siapa pun yang datang.
Pengalaman ini terbuka untuk umum, gratis, dan inklusif untuk segala usia.
Pagaruyung menari. Dan Ranah Minang pun hidup kembali, bukan dari masa lalu, tapi dari semangat hari ini.
(Nano Bojes | Crew8 News)






