Solok Dinilai Layak Jadi Pusat Komando Pertahanan Wilayah Tengah Sumbar

Pakar Hukum Mevrizal: Korem di Solok Bukan Hanya Simbol Militer, Tapi Arsitektur Pembangunan Nasional

Arosuka, Crew8 News ,- Wacana pembentukan Komando Resor Militer (Korem) baru di Kabupaten Solok kembali mencuat seiring meningkatnya kompleksitas keamanan, ekonomi, dan pembangunan di wilayah tengah Sumatera Barat.
Kabupaten Solok dinilai memiliki posisi geografis, potensi alam, dan infrastruktur strategis yang menjadikannya layak menjadi pusat komando pertahanan baru.

Kabupaten Solok secara geografis berada di jantung Sumatera Barat. Ia menghubungkan lima wilayah penting , Kota Padang, Tanah Datar, Dharmasraya, Solok Selatan, dan Sijunjung , sekaligus menjadi lintasan utama jalur nasional yang menghubungkan pantai barat dan timur Sumatera.

Kondisi topografi yang dikelilingi pegunungan Bukit Barisan dan lembah subur membuat Solok menjadi wilayah penghubung logistik, ekonomi, sekaligus kawasan dengan tingkat risiko bencana tertinggi di Sumbar.
Dari aspek pertahanan, posisi ini sangat penting karena memungkinkan pengawasan langsung terhadap jalur lintas Padang–Sungai Rumbai yang menjadi urat nadi distribusi barang ke Riau dan Jambi.

“Korem di Solok akan menjadi simpul strategis yang tidak hanya memperkuat keamanan lintas wilayah, tapi juga mempercepat koordinasi kebencanaan dan pengamanan sumber daya alam,” ujar Mevrizal, S.H., M.H., pakar hukum dan kebijakan publik asal Sumatera Barat, kepada Crew8 News, Kamis (9/10/2025).

Saat ini, seluruh wilayah Sumatera Barat masih berada di bawah komando Korem 032/Wirabraja yang berkedudukan di Padang. Namun, jarak dan kontur wilayah menyebabkan penanganan cepat terhadap konflik sosial, penambangan ilegal, serta bencana di wilayah selatan sering terhambat.

Menurut Mevrizal, pembentukan Korem baru di Solok akan memperkuat sistem desentralisasi komando teritorial dan meningkatkan kecepatan respon terhadap krisis kemanusiaan serta gangguan keamanan lintas daerah.

“Solok itu bukan daerah pinggiran, tapi titik tengah Sumbar yang menanggung beban keamanan di selatan. Dari Dharmasraya sampai Solok Selatan, banyak kasus lingkungan dan sosial yang butuh pendekatan cepat. Korem Solok akan menjawab kebutuhan itu,” tegasnya.

Selain itu, Mevrizal menilai Korem dapat menjadi pusat pengamanan kawasan ekonomi strategis dan proyek infrastruktur vital seperti jalan nasional, jembatan, PLTA Singkarak, dan area pertanian produktif di Lembah Gumanti dan Danau Kembar.

Solok selama ini dikenal sebagai lumbung pangan utama Sumatera Barat. Produksi padi mencapai lebih dari 400 ribu ton per tahun, belum termasuk komoditas unggulan seperti kentang, cabe, sayuran dataran tinggi, dan kopi Arabika dari Alahan Panjang.
Di sisi lain, Solok juga memiliki sumber daya air yang besar dari Danau Singkarak, Batang Lembang, dan Batang Sumani yang potensial untuk pengembangan energi mikrohidro dan pertanian berkelanjutan.

“Ketahanan nasional bukan cuma soal senjata dan latihan militer, tapi soal kedaulatan pangan dan air. Dua hal itu ada di Solok. Korem di sana berarti negara menempatkan pertahanan di tempat sumber hidup rakyatnya,” tutur Mevrizal.

Ia menilai, dengan adanya Korem, kegiatan pengamanan terhadap sumber air, pertanian, dan energi terbarukan bisa dilakukan secara terpadu antara TNI, pemerintah daerah, dan masyarakat adat nagari.
Pendekatan ini juga akan memperkuat nilai kearifan lokal Minangkabau: “adat basandi syarak, syarak basandi Kitabullah.”

Secara ekonomi, pembangunan markas Korem di Solok diyakini akan memberikan dampak berganda (multiplier effect) bagi masyarakat.
Proyek konstruksi markas, barak, dan perumahan prajurit akan membuka lapangan kerja baru, meningkatkan permintaan bahan bangunan, memperluas pasar UMKM, serta menumbuhkan sektor transportasi dan jasa.

Selain itu, keberadaan Korem akan mempercepat pembangunan infrastruktur publik, terutama melalui program TNI Manunggal Membangun Desa (TMMD) yang sering melibatkan prajurit dalam perbaikan jalan, irigasi, dan jembatan desa.

“Kalau bicara Solok, jangan lihat semata dari sisi militer. Korem akan memicu efek ekonomi dan sosial yang luar biasa. Ia membuka ruang bagi UMKM, memperkuat ketahanan pangan, dan menghidupkan wilayah perdesaan,” kata Mevrizal.

Ia menegaskan, pembangunan Korem akan menambah nilai strategis kawasan Arosuka, Cupak, Lembah Gumanti sebagai segitiga pertumbuhan baru Sumbar bagian tengah.

Kehadiran Korem juga akan memperkuat fungsi sosial TNI di tengah masyarakat.
Program seperti bela negara, ketahanan keluarga, hingga pembinaan generasi muda dapat dijalankan secara terstruktur dan berkelanjutan di tingkat nagari.

“Selama ini, masyarakat di wilayah selatan sering jauh dari akses kebijakan keamanan sosial. Dengan adanya Korem di Solok, kegiatan pembinaan teritorial bisa langsung menjangkau masyarakat di lapisan paling bawah,” ungkap Mevrizal.

Ia menilai hal itu sejalan dengan semangat TNI sebagai tentara rakyat, tentara pejuang, dan tentara nasional, yang perannya tidak hanya menjaga kedaulatan, tetapi juga menjadi mitra sosial bagi warga sipil.

Dari perspektif hukum pertahanan, pembentukan Korem di Solok memiliki dasar yang kuat dalam Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang TNI, khususnya pasal yang mengatur tentang penataan komando teritorial untuk pemerataan pertahanan negara.

Menurut Mevrizal, pemerintah daerah dapat berperan aktif dengan menyusun kajian akademik dan proposal resmi ke Kementerian Pertahanan melalui Kodam I/Bukit Barisan.
Langkah ini perlu didukung oleh DPRD dan tokoh masyarakat agar memiliki kekuatan legitimasi politik dan sosial.

“Korem Solok bukan proyek elitis. Ini soal keadilan pembangunan dan kehadiran negara di tengah rakyat. Kalau Kodam dan Kemenhan mau melihat jernih, Solok memenuhi semua syarat: geografis, ekonomi, sosial, dan strategis,” pungkasnya.

Pembentukan Korem di Kabupaten Solok bukan sekadar agenda pertahanan, tetapi bagian dari upaya menyeimbangkan pembangunan antara Sumbar bagian utara dan selatan.
Ia merepresentasikan gagasan besar, bahwa pertahanan dan pembangunan harus dimulai dari pusat gravitasi wilayah.

Kehadiran Korem akan menjadikan Solok sebagai pusat koordinasi keamanan, pengawasan sumber daya alam, dan penguatan ekonomi masyarakat berbasis ketahanan nasional.

“Negara kuat bukan karena pasukannya banyak, tapi karena rakyatnya merasa aman dan diperhatikan. Itulah makna sejati dari pembentukan Korem di Solok,”
tutup Mevrizal, S.H., M.H. dalam wawancara eksklusif dengan Crew8 News.

(C8N)

#senyuman08

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini