“Bom Waktu” di Rel Cepat: Utang Whoosh dan Ilusi Akselerasi Infrastruktur

Editorial Crew8 News

Kereta Cepat Jakarta–Bandung (Whoosh) yang pernah dielu-elukan sebagai simbol akselerasi pembangunan dan kebanggaan teknologi kini berhadapan dengan realitas getir: utang besar dan arah bisnis yang kehilangan rel kejelasan.
Pernyataan Rasyidin yang menyebut utang PT KCIC sebagai “bom waktu” bukan sekadar peringatan, tapi refleksi dari kegagalan tata kelola proyek strategis nasional yang terlalu cepat dijalankan tanpa sistem keuangan yang siap.

Chief Operating Officer Danantara, Dony Oskaria, mengusulkan dua jalan keluar: menyuntikkan dana ke PT KAI atau menyerahkan infrastruktur Whoosh kepada pemerintah. Namun, Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa dengan tegas menolak.
Alasannya sederhana tapi tajam — Danantara sebagai pengelola badan investasi BUMN seharusnya mandiri, bukan menunggu bailout. Dengan dividen Rp80 triliun per tahun, persoalan utang seharusnya bukan alasan untuk mengalihkan tanggung jawab.

Ironinya, proyek yang digadang-gadang sebagai simbol kemajuan justru berpotensi menjadi beban fiskal jangka panjang. Skema bisnis PT KCIC yang kabur antara operator dan pemilik infrastruktur menciptakan paradoks baru dalam manajemen proyek strategis nasional.
Dalam logika publik, proyek yang dibangun atas nama efisiensi dan modernisasi seharusnya tidak menimbulkan persoalan hutang struktural yang akhirnya menyeret keuangan BUMN.

Di tengah gegap gempita pencapaian “kereta tercepat di Asia Tenggara”, aroma klasik proyek mercusuar kembali terasa. Proyek Whoosh menjadi cermin bahwa politik prestise kerap lebih cepat daripada kesiapan teknokratis.
Pemerintah ingin cepat melaju di jalur modernitas, namun lupa bahwa rel keuangan dan tata kelola harus lebih kuat daripada sekadar kebanggaan simbolik.

utang yang tak terkelola adalah risiko yang berjalan cepat, bahkan lebih cepat dari kereta Whoosh itu sendiri.
Jika pemerintah tidak segera mengubah arah manajemen keuangan dan tata kelola BUMN, maka “bom waktu” yang disebut Rasyidin akan berdetak lebih nyaring dari suara roda baja di rel Halim–Tegalluar.

(C8N)

#senyuman08

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini