Crew8 News, Tanah Datar – Di tengah musim kemarau yang kian panjang, wajah pertanian di Nagari Gurun, Tanah Datar, berubah drastis, Ladang-ladang yang dahulu hijau kini merekah kering, tanah-tanah pecah dan hasil panen terancam gagal total.
Mayoritas lahan yang bergantung pada air hujan (tadah hujan) kini tak mampu menopang kehidupan para petani.
Melihat kondisi itu, Wali Nagari Gurun, Elmas Dafri, bersama Ketua TP-PKK Nagari Gurun, Ny. Novi Elmas Dafri, turun langsung ke ladang jagung yang hampir gagal panen, mereka mendengar langsung suara hati para petani yang mengeluhkan hasil panen yang menyusut drastis, bahkan tidak layak jual,untuk di sampai kan pada pemerintah daerah tanah datar, dalam hal ini Dinas Pertanian
“Kami datang untuk membawa suara ini ke atas, ini bukan lagi soal panen, tapi soal keberlangsungan hidup masyarakat tani kami,” kata Elmas Dafri, dengan nada serius sambil menunjuk hamparan ladang yang meranggas.
Menurut Elmas, 90 persen areal pertanian di Nagari Gurun terancam jadi lahan tadah hujan yang sangat rentan terhadap perubahan iklim, faktor jaringan irigasi dan minim nya sumber air alternatif membuat pertanian di nagari tersebut nyaris lumpuh saat kemarau tiba.
Ia akan menyampaikan tiga permintaan tersebut melalui pemerintahan nagari kepada pemerintah daerah dan yang mewakili pemerintah pusat.
1. Pembangunan jaringan irigasi dan sumber air permanen, seperti embung atau sumur bor.
2. Bantuan pertanian darurat, mulai dari pupuk, bibit tahan kering, pompa air, hingga bantuan langsung tunai (BLT) untuk petani terdampak.
3. Pengaktifan program asuransi gagal panen (AUTP) di Nagari Gurun.
“Kami minta program Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP) diaktifkan kembali dan disosialisasikan secara luas kepada petani di nagari kami, ini penting untuk perlindungan saat kondisi ekstrem seperti sekarang,” ujar Elmas Dafri.
Ny. Novi Elmas Dafri pun menambahkan, “Petani kita bukan hanya kehilangan panen, tapi juga penghidupan, kita tak bisa menunggu lama, harus ada langkah konkret.”
Langkah responsif dari pemimpin nagari ini mendapat apresiasi dari warga.
Di tengah kemarau panjang dan ketidakpastian iklim, pemerintah dituntut hadir, bukan hanya melalui data, tapi juga melalui tindakan nyata dan perlindungan berkelanjutan bagi petani, termasuk melalui skema asuransi yang menyelamatkan ekonomi keluarga petani dari keterpurukan.
(Nano bojes)






