Laba Meningkat , Nurani Turun, Jaminan Hari Tua (JHT) Pensiunan Tak di Bayarkan

Ironi dari Bank yang Kaya Laba, Tapi Irit Penghargaan, Hak untuk Mantan Pegawai Sendiri

Padang Crew8 News,- Di atas kertas, PT Bank Nagari menutup tahun 2024 dengan wajah sumringah. Laporan keuangan per 18 Maret 2025 menunjukkan laba bersih mencapai Rp538,07 miliar, naik 2,73 persen dibanding tahun sebelumnya. Kinerja cemerlang, efisiensi meningkat, dan kredit tumbuh stabil , begitu bunyi laporan yang dibaca publik.

Namun, di luar gedung kaca yang megah itu, puluhan pensiunan mantan karyawan Bank Nagari justru menunggu haknya yang tak kunjung utuh. Dana Jaminan Hari Tua (JHT) yang seharusnya dibayarkan 100 persen, ternyata hanya turun separuh , ada yang menerima 50 persen, ada yang 60 persen, dan sisanya belum jelas entah di mana.

“Lucu juga, ya. Banknya untung ratusan miliar, tapi bayar hak pensiunan masih pakai sistem cicilan moral,” ujar seorang pensiunan dengan nada getir.

Laporan resmi Bank Nagari bahkan menunjukkan keberhasilan menekan biaya operasional hingga 1,23 persen, membuat rasio efisiensi BOPO turun ke 80,45 persen , angka yang membuat auditor tersenyum dan pemegang saham bangga.

Tapi bagi para pensiunan, efisiensi itu terasa seperti penghematan yang salah sasaran.
“Beban operasional boleh turun, asal jangan beban nurani,” celetuk seorang pensiunan lainnya.

Padahal, uang yang mereka tunggu bukan bonus, bukan hibah, melainkan hak atas kerja puluhan tahun , yang kini malah “tergantung di neraca” antara Bank Nagari dan AJB Bumiputera 1912.

Ironi semakin kental ketika diketahui laba non-operasional Bank Nagari naik 59,83 persen, menjadi Rp78,05 miliar. Artinya, bank bisa meraup keuntungan di luar kegiatan inti perbankan.

Namun untuk urusan moral operasional, melunasi hak pensiunan sendiri, justru seolah masuk kategori “non-prioritas.”

“Kalau dihitung pakai logika bisnis, kami memang kecil. Tapi kalau dihitung pakai logika kemanusiaan, kami seharusnya besar di hati mereka,” ujar seorang pensiunan sambil menunjukkan bukti potongan pembayaran JHT-nya yang belum lunas.

Sementara Direksi sibuk menyiapkan rapat pemegang saham tahunan, para pensiunan malah sibuk menyiapkan laporan ke Ombudsman Sumatera Barat.
Mereka menilai ada dugaan maladministrasi dan penundaan pelayanan terkait hak keuangan peserta JHT.

Ironi ini menambah catatan pahit bagi bank yang semestinya menjadi “ikon keuangan daerah” tapi kini dituding alpa pada kesejahteraan orang-orang yang pernah membangun fondasinya.

Total aset Bank Nagari kini menyentuh Rp32,96 triliun, naik 3,27 persen dari tahun sebelumnya. Tapi jika aset moral ikut diukur, nilainya justru anjlok, para pensiunan masih menunggu kabar baik yang belum datang.

“Kalau saldo laba bisa tumbuh, masa saldo kepercayaan malah menyusut?”
Pertanyaan itu menggantung di ruang publik, menunggu jawaban dari direksi yang kini dikelilingi angka-angka indah, tapi dikejar bayangan janji lama.

(C8N)

#senyuman08

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini