Rumah Sedekah” Sarang Tiung, Ketika Polisi dan Desa Bersatu untuk Kemanusiaan

Crew8 News, Kotabaru, 20 Juni 2025 – Di tengah meningkatnya krisis sosial ekonomi pasca pandemi, banyak warga pinggiran yang terpaksa hidup dalam kekurangan, tapi di Desa Sarang Tiung, Kecamatan Pulau Laut Sigam, Kabupaten Kotabaru, lahir secercah harapan yang datang bukan dari program besar pemerintah pusat, bukan pula dari lembaga internasional, melainkan dari ruang sederhana bernama “Rumah Sedekah”, buah kolaborasi tulus antara Bhabinkamtibmas dan pemerintah desa.

Adalah Aiptu Tonny Situmorang, S.H., seorang anggota Polri yang bertugas sebagai Bhabinkamtibmas di desa ini, sosok di balik ide ini, bersama Kepala Desa Sarang Tiung, M. Yohanies, ia mewujudkan sebuah tempat yang bukan hanya menjadi pusat penyaluran bantuan, tapi juga simbol perlawanan terhadap apatisme sosial.

Konsepnya sederhana, siapa pun yang punya rezeki lebih bisa menitipkan sedekah, dan pihak desa bersama Bhabinkamtibmas memastikan bantuan itu sampai ke mereka yang benar-benar membutuhkan.

Setiap Jumat, program bertajuk “Jumat Berkah” digelar, Jumat ini, 16 warga dari kalangan duafa mendapatkan satu sak beras dan satu dus mie instan, ada yang datang sendiri mengambil, tapi sebagian bantuan diantarkan langsung ke rumah, bagi mereka yang lanjut usia atau sedang sakit, tanpa kamera, tanpa sorotan, hanya langkah kaki tulus yang menyusuri gang-gang sempit demi menyalurkan harapan.

“Kami tidak ingin masyarakat merasa sendirian menghadapi kesulitan,” tutur Aiptu Tonny. “Ini bentuk kehadiran nyata negara, walau dalam bentuk paling kecil.”

Apa yang dilakukan Aiptu Tonny dan pemerintah desa adalah potret wajah humanis Polri, sesuatu yang jarang muncul dalam headline berita nasional yang sering kali dipenuhi berita kekerasan atau penyimpangan aparat.

Di tengah tantangan citra institusi, inisiatif seperti Rumah Sedekah justru menunjukkan bahwa penegakan hukum bisa berjalan seiring dengan sentuhan kemanusiaan, Bahwa polisi, dalam perannya sebagai pelindung masyarakat, tidak hanya bertugas menegakkan hukum secara kaku, tetapi juga memiliki ruang untuk menjadi agen perubahan sosial.

Langkah ini juga mempertegas pentingnya kolaborasi antara aparatur negara dan pemerintah desa sebagai garda terdepan dalam pembangunan sosial berbasis komunitas.

Politik kemanusiaan semacam ini jauh lebih membumi dibanding proyek-proyek besar yang sering luput dari akar persoalan di desa.

Yang menarik, Rumah Sedekah bukanlah proyek yang didorong oleh anggaran negara atau program kementerian, Ia lahir dari ruang kosong, dari kebutuhan, dari rasa peduli, dan dari relasi sosial yang dibangun secara horizontal di tengah masyarakat.

Inilah contoh partisipasi aktif negara melalui struktur terkecilnya, ketika aparat keamanan dan pemerintah desa menyatu dalam gerakan sosial, Tidak perlu label CSR, tidak perlu baliho besar, cukup satu kata: keikhlasan.

(Alfin)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini