Lebih dari 250 Pelari Meriahkan Pre-Event SalingkaRUN di Danau Ateh: Lari Sambil Suarakan Isu Lingkungan

Crew8 News,Solok, – 31 Mei 2025 – Lebih dari 250 pelari dari berbagai daerah di Sumatera Barat turut ambil bagian dalam Pre-Event SalingkaRUN: Fun Run Danau Di Ateh, sebuah kegiatan lari santai yang menggabungkan semangat sport tourism, kampanye lingkungan, dan promosi wisata lokal. Acara yang berlangsung pada Sabtu pagi ini mengambil lokasi start dan finish di Alahan Panjang Resort, mengitari keindahan alam Danau Di Ateh yang selama ini tersembunyi di balik kabut perbukitan.

Dengan tagline #SaveDanauDiAteh, kegiatan ini tidak hanya menjadi ajang olahraga, tetapi juga simbol kepedulian bersama terhadap kondisi lingkungan Danau Di Ateh yang semakin memprihatinkan akibat pencemaran, terutama dari penggunaan pestisida secara masif di wilayah pertanian sekitar danau.

Kegiatan ini diprakarsai oleh komunitas pelari Bareh Rundang bersama tokoh publik dan aktivis lokal. Acara ini dibuka dan dilepas secara resmi oleh Hafni Hafiz, A.Md, anggota DPRD Kabupaten Solok yang juga menjadi salah satu inisiator utama kegiatan. Ia menegaskan bahwa acara ini lebih dari sekadar lari.

“Ini bukan sekadar event olahraga. Ini gerakan moral, sekaligus promosi wisata yang dibalut dengan semangat menjaga lingkungan. Danau Di Ateh bukan hanya pemandangan, ia adalah warisan alam yang harus kita jaga bersama,” ujar Hafni Hafiz”.

Dua orang Kabid dari Dinas Pariwisata Kabupaten Solok turut hadir memberikan dukungan dan melepas peserta lari 10K

Turut hadir juga Abasril, anggota DPRD dari Fraksi PKS yang menyatakan bahwa sport tourism adalah pendekatan efektif dalam membangun kesadaran lingkungan di tengah masyarakat.

Rute Eksotis, Tapi Lingkungan Menangis

Peserta dibagi dalam dua kategori: 10K dan 25K, dengan rute yang menyusuri keindahan lanskap Danau Di Ateh, dikelilingi bukit-bukit dan lahan pertanian. Namun sayangnya, keindahan tersebut dibayang-bayangi oleh kondisi lingkungan yang mencemaskan.

Aganda Armen, salah satu peserta asal Kota Solok , Yang sudah banyak mengikuti Event Lari bahkan sampai internasional yaitu ke Roma Italy. Menyampaikan kesan mendalam sekaligus keprihatinannya usai mengikuti kegiatan ini.

Jujur, saya takjub dengan keindahan Danau Di Ateh dari kejauhan. Tapi makin dekat, saya lihat sendiri ada bagian yang sangat memprihatinkan ada sebagian air yang keruh, bau, dan tumbuhan mati. Banyak sampah pertanian yang berserakan, dan bahkan udara pagi diselimuti kabut pestisida. Masyarakat berlomba-lomba menyemprot tanaman dengan bahan kimia. Pemandangan ini sangat kontras dengan potensinya sebagai wisata. Miris sekali kalau penyebabnya pestisida, dan tidak segera ditangani,” ujar Agandha Armen dengan nada prihatin.

Komentar tersebut menjadi refleksi penting akan konflik antara pertanian intensif dan kelestarian lingkungan, yang kini menjadi tantangan nyata bagi masa depan Danau Di Ateh.

Sport Tourism dan Aksi Simbolik Lingkungan

Dengan peserta yang datang dari berbagai latar belakang—mahasiswa, komunitas lari, ASN, warga lokal, hingga tokoh publik—kegiatan ini juga menjadi bentuk aksi simbolik kolektif: bahwa masyarakat ingin menyuarakan perlindungan lingkungan dengan cara-cara positif dan inklusif.

Para peserta mendapatkan fasilitas berupa bib number, water station, refreshment, kendaraan evakuasi, dan door prize, berkat dukungan dari sponsor Kahf dan 910 Nineten.

Hafni Hafiz menutup kegiatan dengan harapan besar:

“Kami ingin acara seperti ini menjadi bagian dari gerakan jangka panjang. Bukan hanya mengenalkan potensi wisata, tapi juga membentuk kesadaran kolektif bahwa alam itu butuh dilindungi. Insyaallah, ini akan jadi event tahunan, dan kami siap bersinergi lebih luas lagi,” ujarnya.

SaveDanauDiAteh: Lari, Peduli, dan Beraksi

Melalui SalingkaRUN, Danau Di Ateh bukan hanya dilihat sebagai objek wisata, tapi juga sebagai subjek yang harus diselamatkan. Lari bukan hanya untuk fisik, tetapi juga sebagai bentuk protes halus dan panggilan moral bagi seluruh masyarakat dan pemerintah: sudah saatnya menyelamatkan Danau Di Ateh—sebelum keindahannya benar-benar tinggal kenangan.(RD)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini