Pacu Jawi, Diplomasi Budaya dari Tanah Datar: Menjaga Persatuan, Menarik Dunia

Crew8 News,Tanah Datar – Di tengah lanskap perbukitan yang hijau dan sawah yang basah di Sungai Tarab, satu tradisi tua kembali menggetarkan bumi Luhak Nan Tuo, Pacu Jawi. Sabtu (14/6/2025), ribuan pasang mata kembali menyaksikan lembu-lembu berpacu menembus lumpur dengan iringan sorak masyarakat.

Tapi lebih dari sekadar tontonan, Pacu Jawi hari ini menjelma menjadi arena diplomasi budaya yang menyatukan masyarakat dan menjadi wajah promosi pariwisata Tanah Datar ke dunia.

Ditutup secara resmi oleh Kepala Dinas Pariwisata, Pemuda, dan Olahraga (Parpora) Tanah Datar, Riswandi, mewakili Bupati Tanah Datar , ajang ini kembali menegaskan bahwa warisan leluhur tidak sekadar menjadi simbol, tetapi juga instrumen pembangunan sosial, ekonomi, bahkan politik daerah.

“Pacu Jawi bukan hanya kebanggaan nagari, ini sudah menjadi kebanggaan daerah bahkan bangsa. Kami sangat mengapresiasi Porwi Tanah Datar yang terus menjaga api semangat tradisi ini tetap menyala,” kata Riswandi di hadapan ratusan warga dan tamu yang memadati arena sawah Date Guguak Binuang.

Menurut Riswandi, meski pemerintah daerah tengah menghadapi keterbatasan fiskal, komitmen untuk membangun pariwisata berbasis budaya tetap dijaga.

Lewat program “Satu Nagari, Satu Event”, Pemkab berupaya memastikan setiap nagari punya panggung untuk menampilkan jati dirinya.

“Tahun ini kita targetkan lima nagari ikut serta, Tanjung Alam, Pasia Laweh, Pandai Sikek, Baringin, dan Taluak.

Tradisi dan pariwisata bukan hanya sektor pelengkap, tapi fondasi karakter dan ekonomi daerah,” ujarnya.

Sementara itu, Ketua Porwi Tanah Datar, Aresno Dt. Andomo, menyampaikan makna yang lebih dalam dari perhelatan Pacu Jawi.

Bagi Aresno, ini bukan sekadar festival atau atraksi wisata, tapi wadah pengikat sosial yang membangun rasa persaudaraan lintas jorong dan nagari.

“Pacu Jawi mendidik kita untuk tidak bersinggungan, tapi saling menguatkan, ini arena bersilaturahmi, bukan hanya antar masyarakat, tapi juga antara rakyat dan pemerintah, Ini politik kebudayaan yang hidup,” ujar Aresno penuh semangat.

Dia menambahkan, antusiasme wisatawan mancanegara dan minat kalangan akademik untuk meneliti tradisi ini menjadi bukti bahwa nilai-nilai lokal punya tempat terhormat di mata dunia.

“Pacu Jawi mambasuik dari bumi, bukan jatuh dari ateh. Ini lahir dari masyarakat, Pemerintah tinggal merawat dan memberi ruang., di sinilah letak sinergi sejati dalam membangun Tanah Datar,” tegasnya.

Pacu Jawi kini tak hanya milik masyarakat Sumatera Barat, tapi telah menjadi wajah Sumatera Barat di mata dunia, Banyak fotografer dunia menjadikan ajang ini sebagai salah satu karya visual paling dramatis dari Indonesia.

Bahkan, tak sedikit wisatawan Eropa dan Asia yang datang jauh-jauh hanya untuk menyaksikan dan mengabadikan momen langka ini.

Di tengah ketidakpastian global dan ancaman homogenisasi budaya, Tanah Datar justru membuktikan bahwa akar lokal yang kuat bisa menjadi sayap global.

Tradisi, jika dijaga dan dipromosikan dengan bijak, bisa menjadi alat diplomasi lunak yang jauh lebih efektif daripada jargon pembangunan.

Turut hadir dalam perhelatan tersebut Camat Sungai Tarab Miza Azis, Forkopimca, perangkat nagari, dan tokoh masyarakat setempat , menandakan bahwa agenda budaya telah menjadi urusan kolektif lintas sektor, bukan hanya domain dinas atau komunitas tertentu.

Pacu Jawi telah menjadi lebih dari sekadar olahraga tradisional , ia adalah bahasa persatuan, medium promosi daerah, dan simbol kedaulatan budaya di tengah arus modernisasi, dan Tanah Datar, tampaknya, telah memilih jalan itu dengan sepenuh hati.(Nano bojes)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini