Ahmad Fadly dan MAHEFF 2025: Sebuah Film, Sebuah Gerakan Budaya

Crew8 News, Batusangkar, Tanah Datar – Di tengah megahnya Gedung Nasional Maharajo Dirajo, Sabtu pagi (14/6/2025), sejarah kecil tapi berdampak besar lahir di jantung Luhak Nan Tuo, Sebuah mimpi lama Wakil Bupati Tanah Datar Ahmad Fadly, S.Psi, resmi mewujud menjadi kenyataan lewat peluncuran Malayapura Heritage Film Festival (MAHEFF) 2025 , festival film warisan budaya pertama di kabupaten ini.

Lebih dari sekadar seremoni, MAHEFF adalah penanda arah baru, bagaimana pemerintah daerah bisa memadukan pelestarian budaya dengan industri kreatif yang berdaya ungkit tinggi.

Tak berlebihan jika Ahmad Fadly menyebut festival ini sebagai “impian pribadi” yang kini lahir melalui kolaborasi lintas sektor, terutama dengan komunitas Malayapura Films.

“Ini adalah impian saya agar Tanah Datar punya ruang untuk film-film budaya, Alhamdulillah, hari ini kita bisa memulainya, ini bukan hanya soal film, ini tentang kebangkitan budaya,” ungkapnya dengan mata berbinar.

Festival ini tak hanya bicara layar dan proyekto, MAHEFF hadir dengan berbagai program yang sarat makna, pemutaran film khusus, kuliah umum (public lecture), pameran warisan budaya, hingga diskusi lintas generasi.

Semua berlangsung selama lebih dari satu bulan penuh, dari pertengahan Juni hingga akhir Juli 2025, tersebar di beberapa lokasi strategis di Tanah Datar.

Bagi Fadly, film adalah alat perjuangan baru, di tengah gempuran budaya asing dan derasnya arus digital, menjaga jati diri Minangkabau tak bisa hanya mengandalkan narasi buku atau ceramah adat, harus ada medium yang kuat, komunikatif, dan menyentuh generasi muda.

“Kami mengajak semua pihak mendukung gerakan budaya ini. Kalau kita bisa membuat anak muda bangga dengan identitasnya lewat film, maka itu kemenangan besar,” tambahnya.

Tak kurang dari dua institusi kunci dalam bidang kebudayaan hadir memberi dukungan, Gubernur Sumbar, diwakili oleh Kadis Kebudayaan Dr. Jefrinal Arifin, menegaskan bahwa MAHEFF merupakan inovasi strategis untuk menangkal disorientasi budaya yang kini menjangkiti banyak generasi.

“Kita butuh ruang kreatif seperti ini untuk menghidupkan kembali semangat keindonesiaan yang berakar dari lokalitas, Film adalah cara baru menanamkan rasa memiliki terhadap sejarah dan budaya,” kata Jefrinal.

Sementara dari Kementerian Kebudayaan RI, Sekretaris Ditjen Pengembangan Kebudayaan, Judi Wahjudin, menyebut MAHEFF sebagai “terobosan dari daerah yang layak jadi model nasional.”

“Pemerintah pusat mendorong agar tiap daerah menjadikan budaya bukan beban, tapi potensi ekonomi. MAHEFF adalah contoh konkritnya,” tegas Judi.

Ketua Panitia MAHEFF, Dafriansyah Putra, mengatakan festival ini digagas bukan untuk sekadar gaya-gayaan, ini adalah proyek kesadaran , menyulut api kecil di daerah yang kelak bisa menjadi arus besar perubahan dalam perfilman nasional.

“Kami percaya budaya lokal adalah sumber inspirasi tanpa batas, melalui MAHEFF, Tanah Datar bisa menjadi laboratorium narasi budaya yang kuat dan relevan,” ucapnya.

Di balik proyektor yang menyala, layar yang memutar cerita, dan bangku-bangku penonton yang terisi, MAHEFF 2025 tak hanya mencatat sejarah. Ia sedang menulis masa depan , masa depan di mana warisan tak lagi sekadar dikenang, tapi dihidupkan kembali lewat karya.(Nano bojes)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini