Crew8 News , Sumbar – Hari Raya Idul Adha bukan hanya momentum ibadah, melainkan juga panggung nyata bagi keadilan sosial, Ketika hewan kurban disembelih, yang sesungguhnya sedang dibagi bukan semata daging, tapi rasa empati, persaudaraan, dan kepedulian yang merata, Inilah pesan utama yang kami tangkap dari satu peristiwa yang tampak sederhana namun sarat makna, penyerahan sapi kurban Presiden Republik Indonesia di Pondok Pesantren Perkampungan Minangkabau, Sumatra Barat, Ahad 8 Juni 2025.
Di tengah atmosfer politis yang sering kali penuh kalkulasi, kehadiran langsung Wakil Gubernur Sumbar, Vasko Ruseimy, mengantar satu ekor sapi kurban dari Presiden Prabowo Subianto terasa sebagai pesan yang jernih, pemimpin seharusnya hadir, bahkan ketika tidak diundang, datang bukan hanya sebagai pejabat, tetapi sebagai bagian dari umat yang sedang merayakan dan berbagi.
Ponpes Minangkabau tidak dipilih secara kebetulan, Pesantren ini berdiri tegak di atas prinsip Adat Basandi Syara’, Syara’ Basandi Kitabullah, sebuah jati diri Minangkabau yang mengikat adat dan agama dalam simpul yang sama.
Sebagai bagian dari Persatuan Tarbiyah Islamiyah (Perti) Sumbar, pesantren ini menanamkan pendidikan Islam yang bersendikan nilai lokal dan moralitas tinggi, Pemilihan lokasi pemotongan hewan kurban di sana merupakan bentuk penghormatan kepada institusi yang menjaga warisan nilai dan akhlak.
Sebagaimana disampaikan oleh Buya Samsul Akmal Tuanku Putiah, Ketua Yayasan Shine Al Falah sekaligus Bendahara Perti Sumbar, kehadiran sapi kurban Presiden membuat jumlah penerima manfaat meningkat dua kali lipat, Dari 400 kepala keluarga tahun lalu, menjadi 800 pada tahun ini, namun yang lebih penting dari jumlah adalah nilai simboliknya, negara hadir di jantung komunitas keagamaan, bukan sekadar melalui peraturan, tetapi melalui sentuhan kemanusiaan.
Kami percaya, pemerintahan yang kuat bukanlah yang berdiri di atas menara birokrasi, melainkan yang mampu merunduk ke akar rumput, menyapa rakyatnya di masjid, di surau, di pesantren, dan di lorong-lorong perkampungan, Qurban di Ponpes Minangkabau bukan peristiwa besar dalam ukuran protokoler, tapi sangat berarti dalam ukuran nurani.
Dalam kehidupan berbangsa yang semakin rasional, ritual seperti Idul Adha tetap punya ruang penting, Ia mengikat kita dalam satu kesadaran kolektif, bahwa pengorbanan, empati, dan keadilan adalah nilai yang tidak boleh tercerabut, bahkan dalam zaman yang serba transaksional.
Kami mengapresiasi langkah Presiden dan seluruh jajaran yang memahami bahwa membangun bangsa tidak hanya dengan infrastruktur dan regulasi, tapi juga dengan menyentuh hati. Dan Idul Adha adalah waktu terbaik untuk itu.(C8N)